Can You Hear Me? Part 1
Cast. Lee Sungmin, Lee Sunkyu, Cho Kyuhyun, Seo Joohyun, Park Jungsoo, Kim Taeyeon
Genre: friendship, family, romance
Type: continue
Author: Carrie Cho
CAN YOU HEAR ME? #1
“ Taeyeon ah, cepatlah kau berangkat ke sekolah! Nanti kau terlambat~” teriak Ibu Taeyeon dari arah dapur. Taeyeon hanya berteriak membalasnya dari arah kamarnya, sementara ia dengan tergesa-gesa menyiapkan pelajaran hari ini.
“ Ibu, aku berangkat dulu yah!” teriaknya. Namun sang ibu menahan lengannya, dan menyuruhnya berhenti. Taeyeon menggelengkan kepalanya dengan sebal. Sementara ibunya membuka ranselnya dan memasukkan kotak makanan ke dalam ransel Taeyeon.
“ Jangan lupa makan. Aku takut kau sakit, Taeyeon ah.” ucapnya pelan. Taeyeon menganggukkan kepalanya dengan pelan. Dengan kilat ia mengecup pipi ibunya dengan lembut, dan berlari meninggalkan rumah. Tiba-tiba Seohyun, adik perempuannya mengejarnya dari belakang.
“ Seohyun ah,” ucapnya pelan. Ia memperhatikan penampilan gadis yang kini berdiri di sampingnya—lengkap dengan seragam sekolah. “ Kau sekolah?” tanyanya. Seohyun mengangguk senang, dan ia menarik lengan Taeyeon bersamanya.
“ Tapi—“ Seohyun menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menghadap Taeyeon. Ia menatap gadis itu dengan tatapan sedih.
“ Eonni~ aku ingin sekolah. Aku ingin belajar, bertemu dengan teman-teman dan juga guru-guru. Aku bosan kalau setiap hari harus beristirahat di kamar.” Taeyeon mendesah kasar, sesaat kemudian ia menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Dan kini gentian ia menuntun Seohyun bersamanya.
Seohyun tersenyum, sebulir air mata menuruni pipinya. “ Terimakasih, eonni.” ucapnya pelan. Alangkah beruntungnya ia bisa mempunyai kakak se-pengertian dan menyayanginya layaknya Taeyeon kepadanya.
___
Sebenarnya nama lengkap Seohyun adalah Seo Joohyun. Berbeda dengan Taeyeon yang mempunyai marga Kim. Seohyun merupakan adik tiri Taeyeon. Ayah Seohyun menikah kembali dengan seorang janda muda yang tidak lain adalah ibu Taeyeon. Pada awalnya, kehidupan mereka berkecukupan.
Hingga krisis moneter yang sempat melanda dunia beberapa tahun silam, membuat keluarga kecil tersebut harus rela untuk kehilangan seluruh harta benda hanya untuk membayar hutang piutang yang diakibatkan banyaknya pemutusan kerja besar-besaran. Kini mereka harus hidup secara sederhana. Meski tidak seberapa banyak seperti dulu yang terpenting adalah mereka bisa tetap melanjutkan hidup.
Sikap Taeyeon kepada Seohyun memang layaknya seperti kakak kandung sendiri. Hal tersebut adalah wajar, karena Taeyeon sangat menginginkan seorang adik perempuan. Perhatiannya terhadap Seohyun sangatlah besar. Termasuk… untuk membiayai pengobatan adik tirinya tersebut.
Seohyun memiliki penyakit gangguan fungsi ginjal semenjak kecil. Dan itu mengharuskannya untuk melakukan hemodialisis (cuci darah) sebulan 2 kali. Untuk sekali hemodialisis butuh biaya yang sangat besar, dan jika digabungkann dengan gaji orangtua mereka maka sangatlah tidak cukup. Demi Seohyun—adik kecilnya. Begitu ia menyebut Seohyun.
Taeyeon rela bekerja sebagai pelayan kafe setiap hari demi membiayai pengobatan Seohyun. Dan ia akan melakukan apa pun agar Seohyun bahagia.
___
Taeyeon berlari dengan kencang menyeberangi lapangan sekolahnya yang sangat besar. Ia nyaris saja terlambat hari ini. Begitu tiba di lingkungan koridor sekolah, ia berhenti sejenak untuk mengatur napasnya.
“ Nyaris Kim Taeyeon. Kau nyaris saja terlambat,” gumamnya kepada diri sendiri. Ia menarik napas—dan mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Setelah irama pernapasannya sudah normal, ia merekatkan tangannya di tali ransel dan berjalan menyusuri koridor sekolah.
“ Taeyeon ah bareng!!” pekik seorang gadis di belakang Taeyeon dengan keras. Refleks Taeyeon pun membalikkan badannya menghadap sang pemanggil. Senyumnya mengembang ketika ia melihat Sunkyu-temannya berlari menghampirinya. “ Kau sudah mengerjakan pr matematika?” tanyanya dan mereka pun bersama-sama menuju kelas.
“ Ah, tentu saja kau sudah mengerjakannya. Ya ‘kan?” ucap Sunkyu. Taeyeon hanya tersenyum simpul. Dan menuntun Sunkyu bersamanya. Dan ketika keduanya baru saja, mendudukan pantat di kursi tidak lama kemudian guru pun memasuki kelas. Sunkyu menghela napas dengan kasar, padahal ia baru saja tiba.
Ketika para siswa sudah mengucapkan salam kepada guru fisika yang kali ini mengajar. Taeyeon memiringkan kepalanya melihat Sunkyu yang terlihat tegang.
“ Kau kenapa, Sunkyu?” tanya Taeyeon dengan lembut. Sunkyu menghembuskan napas kasar dan menatap Taeyeon dengan lemas. Perlahan gadis itu meraih jemari Taeyeon hanya untuk sekedar menenangkan pikirannya.
“ Aku takut nilai ulangan fisika ku minggu kemarin,” kata Sunkyu cemas. Taeyeon tersenyum dan mengelus jemari Sunkyu dengan lembut. “ Aku takut diremedial,”
Taeyeon tersenyum manis, “ Jika kau sebelumnya sudah belajar sungguh-sungguh maka kau harus yakin bahwa nilaimu akan bagus, Sunkyu ah. “ kata Taeyeon. Sunkyu mengulum bibirnya dan menatap depan kelas dengan hampa, ketika Junghwan songsaenim mulai membagikan hasil ulangan fisika mereka minggu lalu.
“ Kim Taeyeon.” Panggil Junghwan sonsaengnim. Taeyeon mengangkat tangan kanannya, dan beringsut dari duduknya untuk mengambil kertas ulangannya. “ Selamat, Nona Kim.” ujar Junghwan sonsaengnim tersenyum puas sembari menyerahkan kertas ulangan milik Taeyeon.
“ Selamat?” ujar Taeyeon heran. Ia pun menerima kertas ulangan fisika miliknya, dan Taeyeon nyaris berteriak girang ketika ia melihat nilai tertera di pojok kanan di bawah namanya. Taeyeon membungkukkan badannya dan melangkah girang menuju tempat duduknya.
“ Nilaimu berapa?” tanya Sunkyu penasaran. Taeyeon mengerling jahil, membuat Sunkyu kesal. Dan ia pun merebut kertas ulangan milik Taeyeon. Sunkyu menjerit kaget ketika ia melihat angka sempurna tidak lain;100 yang tertera di kertas ulangan Taeyeon.
“ Taeyeon ah, kau hebat sekali! Padahal soal kemarin ‘kan sangat susah sekali.” Puji Sunkyu. Taeyeon tersenyum dan kembali duduk di bangkunya. Gadis itu menopang dagunya di atas meja. Ia bahagia. Bahwa usahanya tidak lain adalah belajar membuahkan hasil yang manis.
Diterima sebagai murid beasiswa di sekolah prestisius seperti Seoul International High School membuatnya terpacu untuk selalu menjadi juara. Baik itu juara kelas, ataupun juara umum di sekolah. Taeyeon memang senang sekali belajar segala hal, dan ia pun senang membaca buku yang dianggapnya menarik untuk dibaca. Maka tidak heran ketika ia kelas 1, ia terpilih sebagai perwakilan pertukaran pelajar ke Inggris.
Ketika Taeyeon melirikkan pandangannya ke arah kalendar yang terpasang didepan kelas. Ia menghembuskan napasnya dengan kasar. Besok lusa Seohyun harus cuci darah, sementara uangnya kali ini tidak mencukupi, maka tidak mau bahwa selama 2 hari ini ia harus bekerja ekstra.
***
“ Park Jungsoo!” teriak seorang pria dengan sangat keras. Ia menggelengkan kepalanya dengan kasar ketika seseorang di hadapannya tidak bergeming. “ Park Jungsoo, hingga kapan kau akan meringkuk di balik selimut? Hari ini kau harus sekolah.” ujarnya.
“ Paman, aku masih sangat ngantuk! Aku baru saja pulang jam 2m dan sekarang aku harus bangun untuk sekolah?” keluh lelaki bernama Jungsoo itu dengan sebal. Pria yang tidak lain adalah ketua pelayan rumah Jungsoo menarik selimut Jungsoo dan berdecak.
“ Kewajibanmu hanya satu; belajar sungguh-sungguh hingga waktunya kau siap untuk menjalankan perusahaan mendiang kedua orangtuamu,” ucap pelayan itu. Jungsoo mendesah kasar sebelum akhirnya ia beringsut dari ranjang dan melangkah menuju kamar mandi.
Dengan cepat Jungsoo segera bergegas ke sekolah. Setelah ia berpakaian seragam lengkap, dan menyiapkan pelajaran hari ini. Ia pun berlari menuruni tangga menuju lantai dasar rumahnya. Ia tersenyum jahil, dan langsung mengambil sandwich yang sudah tersedia di meja makan, dan segera berlari menuju mobil yang terletak di bagasi.
___
“ Hai, Jungsoo.” Jungsoo membalasnya dengan senyum tipis sembari melambaikan tangannya. Begitu Jungsoo memasuki lingkungan sekolah, tidak heran setiap siswa yang berpapasan dengannya akan selalu mengucapkan salam, atau sekedar menyapa namanya.
Ia menghembuskan napasnya dengan kasar dan melangkahkan kakinya menuju loker siswa. Dengan malas ia membuka loker miliknya dan memasukkan beberapa buku ke dalam, hingga kini di tasnya hanya terdapat beberapa buku tulis.
“ Hya, bagaimana tanding semalam?” ujar seseorang seraya menepuk pundak Jungsoo dengan kencang. Jungsoo menolehkan wajahnya ke samping, dan tersenyum lebar. Ia pun menyenderkan tubuhnya ke loker.
“ Seperti biasa…menang.” Balas Jungsoo dengan santai. Ia merogoh kantong jasnya dan mengeluarkan bungkusan permen, dan kemudian mengulumnya. “ Ayo, kita masuk ke kelas.” Ajaknya sembari menepuk pundak lelaki itu dan berjalan mendahuluinya.
“ Sungmin ah, err aku—“ ujar Jungsoo menghentikan langkahnya. Lelaki bernama Sungmin itu pun mengangkat bahunya, menunggu perkataan Jungsoo selanjutnya. “ Aku—ah tidak.” ujarnya dan berlari meninggalkan Sungmin seorang diri di koridor.
Jungsoo melangkah santai sementara wajahnya ia tundukkan menatap lantai koridor di bawahnya. Ia menggantung ranselnya di bahu dengan santai, kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celana seragam sekolahnya. Jungsoo berusaha untuk tersenyum ketika murid-murid lain menyapanya. Jungsoo menghembuskan napasnya dengan kasar ketika ia melihat Sungmin sedang asyik memainkan Iphone miliknya, ber sms ria dengan pacarnya—Sunkyu.
“ Jungsoo, kau ini kenapa? Rasanya hari ini kau ini sangat berbedaaa sekali.” tanya Sungmin sembari menarik kursi miliknya dan duduk disana. Jungsoo tersenyum tipis dan lalu duduk di bangku miliknya.
Tidak berapa lama kemudian, guru Sejarah pun mulai memasuki kelas. Dan pelajaran pun dimulai. Jungsoo menarik napasnya dengan kasar, ia memang menyimak pelajaran tetapi pandangannya…kosong.
“ Aku ini kenapa sih, kenapa aku daritadi memikirkan mimpi yang semalam? Mengapa aku terlalu memikirkannya? Padahal itu hanyalah…mimpi?” ucapnya dalam hati. Perasaannya memang tidak enak sepanjang hari ini.
Semalam ia bermimpi… bertemu dengan seorang gadis. Gadis itu sungguh sangat cantik, suaranya begitu lembut seperti denting lonceng yang berdentang. Senyum gadis itu sungguh membuatnya melayang, gadis itu memiliki senyum yang sangat indah. Sangat indah.
Jungsoo tersenyum memikirkan gadis itu. Bayang-bayang gadis dalam mimpinya begitu jelas. Ia merasa bahwa gadis itu berada tidak jauh darinya, ia begitu dekat sekali dengannya. Jungsoo menarik napas panjang. Memikirkan dan membayangkan gadis itu saja sudah membuat jantungnya berdebar-debar. Mengapa? Mengapa perasaannya bisa kalut dengan seseorang yang bahkan belum pernah bertemu dengannya?
“ Jika kau memang dekat denganku, akan kutemukan kau. Dan aku berharap kita memang akan ditakdirkan untuk bertemu. Siapa pun dirimu, bahkan ketika aku belum bertemu secara nyata denganmu. Aku sudah menyukaimu.” ujar Jungsoo pelan. Ia meletakkan telapak tangannya di dada.
Detak jantungnya begitu kencang.
___
“ Taeyeon ah, bisa kau ambilkan buku paket Kimia di perpustakaan?” kata guru kimia. Taeyeon menganggukkan kepalanya dan beringsut dari duduknya. Ia menoleh kepalanya sekilas ke arah Sunkyu. Awalnya ia berniat meminta Sunkyu menemaninya pergi ke perpustakaan, tetapi tampaknya tidak bisa. Ia tidak tega memecahkan konsentrasi gadis itu dalam mengerjakan soal di depan yang sudah ia selesaikan.
Taeyeon berjalan seorang diri menyusuri koridor sekolah yang tampak lengang, karena para siswa masih sibuk belajar di dalam kelas. Sekilas ia mengulurkan lehernya melihat para siswa yang sedang belajar. Ketika di tikungan koridor, ia membelokkan langkah kakinya dan memasuki sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan rak-rak buku.
“ Kembalikan saat istirahat nanti yah.” ujar Soo sonsaengnim—penjaga perpustakaan sekolah. Taeyon menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Ia menggigit bibir bawahnya begitu melihat tumpukan paket kimia di depannya. Taeyeon mengangkat bahunya, dan dengan hati-hati.
Ketika Taeyeon keluar dari perpustakaan sembari membawa buku kimia yang bahkan menghalangi pandangan matanya. Tiba-tiba saja dari arah yang berlawanan seseorang menabraknya. Membuat buku yang dibawa oleh Taeyeon jatuh berantakan begitu saja. Taeyeon mengerang pelan ketika salah satu buku mengenai kakinya.
Ia pun berjongkok untuk mengambil dan merapihkan buku-buku tersebut. Lelaki itu terlihat sangat bersalah, dan ia pun membantu Taeyeon merapihkan buku-buku tersebut. Ketika buku-buku tersebut selesai dirapihkan, gadis itu beranjak berdiri dan membungkukkan badannya kepada sosok yang telah ia tabrak.
“ Maafkan aku, sungguh aku tidak sengaja.” ucap Taeyeon tidak hentinya. Ia sudah berulang kali membungkukkan badannya dan mengucapkan perkataan minta maaf itu. Dengan cepat gadis itu segera membereskan buku-bukunya yang berserakan di lantai, dan segera berlari meninggalkan lelaki yang sedari tadi tidak bisa menghentikan tatapannya akan gadis itu.
“ Dia? “ gumam lelaki itu tidak yakin. Sepertinya ia mengenali gadis yang baru saja menabraknya tadi. Atau? Ini hanyalah perasaannya saja. Entahlah. Tetapi ia cukup bahagia bahwa hari ini ia bertemu dengan gadis itu. Dan rasanya seperti De Javu baginya. ” Hey, tunggu!” teriaknya dengan keras. Dengan pelan gadis itu pun membalikkan badan menghadapnya.
” Siapa namamu?”
Gadis itu mengerutkan keningnya dengan dalam. ” Kim Taeyeon.” balas gadis itu pelan. Dan berlalu kembali meninggalkanya. Ia pun berdiri di tempatnya tadi, menatap punggung seorang gadis yang berlalu meninggalkannya. Ia tersenyum.
” Taeyeon.” gumamnya pelan. Seulas senyum mengembang di bibir lelaki itu. Ia pun mengejar Taeyeon di depannya, yang tampak kerepotan membawa buku-buku bawaannya. “ Hei, sini aku bantu.” Katanya pelan. Dan mengambil buku-buku yang dibawa gadis itu.
Taeyeon tertegun. Ia menghentikan langkahnya, dan menatap lelaki di depannya dengan seksama. Lelaki yang tampan. Taeyon tersenyum dan mengangguk pelan. Bibirnya terangkat dan membentuk senyuman hangat disana. “ Terimakasih.” ucapnya.
“ Namaku… Park Jungsoo. “ sahut lelaki itu. Taeyeon menolehkan wajahnya dan tersenyum manis. “ Taeyeon-ssi, kau ini kelas berapa?” tanyanya.
“ Aku kelas 11-A. Senang berkenalan denganmu, Jungsoo-ssi.” ujarnya.
***
“ Kyuhyun ah!” pekik Taeyeon sembari melambaikan tangannya. Ia tersenyum ketika seorang lelaki berlari menghampirinya. “ Kau ini lama sekali, Kyu.” Keluhnya. Lelaki bernama Kyuhyun itu pun tertawa kecil, dan mengacak-acak rambut Taeyeon dengan gemas.
“ Ayoo, noona.” ujar Kyuhyun sembari merangkul Taeyeon. Taeyeon tersenyum. Dan keduanya pun berjalan bersama menuju halte bus.
“ Err, Kyu. Boleh aku meminta sedikit bantuan darimu?” kata Taeyeon pelan. Ia melepaskan rangkulan Kyuhyun dan menatap lelaki itu dengan lembut.
“ Boleh, tentu saja.” balas Kyuhyun dengan santai. Lelaki itu melipat kedua lengannya di dada, dan memandang gadis di hadapannya dengan lembut.
“ Tolong rajuk, adikku untuk cuci darah.” ucap Taeyeon sedih. Rahang Kyuhyun mengeras, tatapan Kyuhyun berubah menjadi serius. “ Aku mohon, lakukan apa pun agar Seohyun mau melakukan cuci darah esok lusa. Kau tahu? Keadaannya semakin hari makin lemah, dan ia tidak mau melakukan cuci darah. Ia berdalih bahwa seringnya ia cuci darah akan memberatkanku.”
Kyuhyun menghela napasnya dengan kasar, “ Ada apa dengannya, noona? Baiklah akan kuusahakan agar ia mau cuci darah. Tapi semampuku, noona. Aku tidak terlalu yakin jika bisa mengubah pendiriannya, tetapi akan kuusahakan.” Balas Kyuhyun serius dengan apa yang baru saja ia ucapkan.
Taeyeon tersenyum dan menghapus air mata yang sempat mengalir dari pelupuk matanya. Ia memeluk Kyuhyun dengan erat. “ Terimakasih, Kyu. Keinginanku hanya satu… Seohyun bisa sembuh.” ucapnya lirih. Kyuhyun mengangguk pelan dan mengusap punggung gadis itu dengan lembut.
Kyuhyun merupakan tetangga dekat keluarga Taeyeon. Ia begitu dekat dengan Taeyeon dan juga Seohyun. Baginya Taeyeon adalah kakak perempuan kedua untuknya, sosok lembut yang bisa memahaminya. Tetapi bagi Kyuhyun.. Seohyun berbeda. Ia menganggap gadis itu lebih dari hanya sebatas hubungan pertemanan, ia menganggap Seohyun sebagai sosok yang ia cintai.
Kyuhyun tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya kepada gadis itu. Karena Seohyun tidak pernah melihat Kyuhyun. Kenyataan yang menyakitkan memang, Kyuhyun memang pengecut untuk itu.
“ Kyu, jemputlah Seohyun. Aku harus segera ke kafe, sudah nyaris terlambat.” Kata Taeyeon lembut. Taeyeon mengelus rambut Kyuhyun dengan lembut. Kyuhyun menganggukkan kepalanya seperti anak kecil, dan dengan kilat mengecup pipi Taeyeon dengan cepat dan kemudian berlari meninggalkan Taeyeon.
Taeyeon hanya tersenyum melihat tingkah Kyuhyun. Sekilas ia mengusap pipinya. Kyuhyun memang suka mengecup pipi Taeyeon dengan kilat. Ah, dasar Cho Kyuhyun!
___
“ Jungsoo ya, aku pergi duluan yah! Sunkyu,sudah menungguku di kantin. Bye.” ujar Sungmin. Jungsoo menepak lengan Sungmin yang menepuk bahunya dengan dingin. Sungmin terkekeh.
Dengan langkah gontai, Jungsoo berjalan menuju mobil pribadi yang diparkir di halaman parkir sekolah yang begitu luas. Ketika ia baru akan membukakan pintu mobilnya, pandangannya terarah lurus kepada 2 sosok yang baru saja jalan melewatinya. Mereka begitu terlihat sangat akrab, dimana salah satu diantaranya yang lelaki merangkul gadis di sampingnya dan keduanya bercanda-canda.
Jungsoo membanting pintu mobilnya dengan kasar dan berjalan pelan di belakang kedua sosok yang menjadi pusat perhatiannya. Entah kenapa perasaannya begitu berkecamuk saat melihat kedua sosok di depannya. Mengapa bisa? padahal ia bukanlah siapa-siapa mereka.
Langkah kaki Jungsoo terhenti ketika gadis yang menjadi pusatnya memeluk lelaki itu dengan girang. Tanpa disadarinya lengannya telah mengepal dengan keras, dan ia menggigit bibir bawahnya dengan gemas. Tidak berapa lama kemudian, lelaki itu mencium pipi gadis itu dengan kilat dan berlari meninggalkan gadis itu yang melongo dengan apa yang baru saja lelaki itu lakukan.
“ Bukankah lelaki itu Cho Kyuhyun? Anak XI B yang juara matematika itu? Mereka berpacaran?” ujarnya spontan. Demi apa pun mengapa ia tiba-tiba menjadi mencampuri urusan pribadi orang? Jungsoo menepuk-nepuk kepalanya dengan gemas, dengan pemikirannya sendiri.
***
Kyuhyun mengetuk-ngetuk kakinya ke jalanan aspal, dan mengulum bibirnya. Sekilas ia melirik ke arah jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. Kyuhyun mengulurkan lehernya melihat apakah murid-murid Kyungsan High School sudah keluar.
“ Kyunnie!!” pekik seorang gadis dengan kencang. Kyuhyun menolehkan kepalanya dan senyumnya pun mengembang ketika seorang gadis menghampirinya dengan senyum lebar. “ Kau sudah menunggu lama?” tanyanya khawatir.
Kyuhyun menggelengkan kepalanya dengan pelan, dan mengelus rambut gadis itu dengan lembut. “ Kurang lebih tiga puluh menit lewat 1 detik!” ujarnya. Kyuhyun tertawa, sementara gadis itu bergeming dan menatap Kyuhyun dengan serius.
“ Kyunnie, yang serius!”
Kyuhyun mengangkat bahunya pelan, “ Ah, sudahlah Joohyun. Ngga usah diperbesar, ok? “ ujarnya santai dan menarik lengan gadis itu bersamanya. Dengan kasar gadis itu melepaskan lengan Kyuhyun. “ Ada apa?” tanya Kyuhyun bingung.
“ Panggil aku, Seohyun. “ ucap gadis itu dengan lembut. Sontak tawa Kyuhyun meledak. Ia tertawa dan tersenyum jahil. “ Kau tertawa puas sekali.”
Kyuhyun berjalan menghampiri Seohyun dengan pelan, dan menarik gadis ke dalam pelukannya—memeluknya dengan lembut. “ Fine. Aku tidak akan memanggilmu dengan sebutan Joohyun, dengan satu syarat.” ucap Kyuhyun sembari mengecup puncak kepala gadis itu.
“ Apa?” sahut Seohyun mengangkat wajahnya yang bersih. Kyuhyun tersenyum dan menutup bibir gadis itu dengan telunjuknya.
“ Dengan syarat… kau mau melakukan cuci darah. Hanya itu syarat dariku.” Seohyun terdiam. Kerutan wajahnya mengeras dan dengan kasar ia berjalan mendahului Kyuhyun di belakangnya. Seohyun menangis. Kyuhyun mendesah kasar dan mengejar Seohyun.
“ Jangan paksa aku.” kata Seohyun pelan. Kyuhyun menahan lengan Seohyun dengan keras, dengan sekali hentakan ia membalikkan badan Seohyun berhadapan dengannya. Seohyun menangis sembari menundukkan wajahnya.” Tolong. Hemodialisis hanya akan memberatkan eonni, aku tidak tega melihat eonni bekerja keras mencari uang hanya untuk pengobatanku.” kata Seohyun di sela isak tangisnya.
“ Kakakmu melakukan semua itu hanya demi kesembuhanmu, Seohyun ah! Ia begitu menyayangimu hingga ia rela bekerja keras…hanya satu keinginannya, ia ingin kau sembuh! Dan sekarang kau menolak melakukan cuci darah, itu berarti kau tidak menghargai usaha kakakmu, Seohyun!” bentak Kyuhyun. Seohyun menangis semakin kencang. Kyuhyun menghela napas panjang. Gadis itu memang takut jika mendengarkan bentakan.
“ Aku sayang sama eonni.” Lirih Seohyun. Kyuhyun mengigit bibir bawahnya, dan memeluk Seohyun dengan erat.
“ Kumohon, ini juga demi keselamatanmu.” Rajuk Kyuhyun. Seohyun menggelengkan kepalanya dengan pelan. Kyuhyun menarik napas panjang. Memang sulit untuk mengubah keputusan Seohyun.
***
Jungsoo keluar dari mobilnya dan menatap sebuah gedung di depannya yang tidak lain adalah sebuah kafe. Ia menyesalkan keputusannya, mengapa ia bisa menyetir mobilnya dan berhenti tepat di gedung ini?
“ Tempat ini seperti…?” gumam Jungsoo seraya mengetuk-ngetuk dagunya. Ia memandang sekelilingnya. Gedung yang persis di hadapannya, jalanan yang kini ia jejaki, serta pemandangan sekitarnya. Ia sangat mengenalinya. “ Persis seperti mimpiku!” pekik Jungsoo ketika ia menyadarinya.
Mata Jungsoo terarah kepada seorang gadis di balik kaca kafe. Gadis itu. Ya Tuhan, apa yang telah terjadi dengannya? Jungsoo mengucek-ucek kedua matanya untuk menyakinkan kedua matanya masih normal. Entah dorongan apa yang telah terjadi padanya, ia pun berjalan memasuki kafe tersebut.
“ Selamat datang di Nam kafe~~” Begitu ia memasuki dalam kafe ia disambut oleh sapaan seorang gadis yang menjadi pelayan kafe tersebut dengan ramah. Jungsoo tersenyum kikuk. “ Selamat datang, ingin memesan apa?” tanya pelayan tersebut.
Jungsoo menatap sebuah papan board yang ditempel di atas dinding kafe tersebut yang berisikan berbagai macam menu yang ditawarkan di kafe tersebut. Ia menopang dagu memilih menu, sekilas ia melirik gadis yang menjadi pelayan kafe tersebut. Gadis itu terlihat sibuk mencatat sesuatu di atas sebuah notes.
“ Memesan apa?” tanya gadis itu tiba-tiba. Jungsoo tersenyum aneh, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“ Err cappuccino float dan… strawberry cheese cake masing-masing 1.” Katanya. Gadis itu mengangguk ramah, dan memencet keyboard komputer pembayaran. Jungsoo sama sekali tidak bisa melepaskan pandangannya dari gadis di depannya. “ Taeyeon sii.” Sahutnya.
Gadis itu mengangkat wajahnya, dan sesaat kedua bola mata keduanya saling menatap. “ Ye?” jawab Taeyeon bingung.
“ Kau bekerja disini?” tanya Jungsoo hati-hati. Ia takut gadis itu tersinggung akan perkataannya. Tapi tampaknya… gadis itu tersenyum tulus kepadanya. Dan sesaat detak jantung Jungsoo berhenti sesaat, senyum gadis itu membuatnya serasa tidak berpijak di bumi.
“ Iya, benar sekali. Aku memang bekerja disini.” Balas Taeyeon ramah. “ Semuanya menjadi 50 won. Mau membayar cash atau pakai kartu?” tanya Taeyeon. Jungsoo mengeluarkan 1 lembar uang dan memberikannya kepada Taeyeon. Gadis itu terlihat sibuk dengan komputer pembayaran.
“ Silahkan. Ini notanya, dan tunggu beberapa saat.” ujar Taeyeon ramah, dan menyodorkan slip pembayaran kepada Jungsoo. Mengapa ia serasa mati rasa, dan rasanya berdegup-degup ketika ia berhadapan dengan gadis ini?
Prang!!
“ Ahh…” rintih Taeyeon. Ia mengibaskan-ngibaskan tangannya yang terkena air panas ketika ia akan menuangkan air panas. Taeyeon meniup tangannya. Jungsoo yang kaget langsung menghampiri Taeyeon, dan menarik tangan gadis itu untuk ia periksa. Tangan Taeyeon melepuh dan memerah, ketika Jungsoo menyentuhnya Taeyeon merintih kesakitan.
“ Ku bantu!” ujar Jungsoo cemas. Ia meniup-niup tangan Taeyeon dan mengibaskan-ngibaskan dengan tangannya sendiri. Taeyeon hanya melongo ketika Jungsoo melakukan ini untuknya. “ Apakah sudah baikan?” tanya Jungsoo cemas. Taeyeon tersenyum kikuk dan ia menjauhkan tangannya dari Jungsoo.
“ Err sudah mendingan, terimakasih.” ucap Taeyeon tersipu malu. Taeyeon meniup poninya asal, dan kembali menyiapkan pesanan Jungsoo. “ Ya Tuhan, jantungku berdebar-debar!” jeritnya dalam hati. Taeyeon menggelengkan kepalanya, dan berusaha untuk fokus akan pekerjaannya.
Dari bangkunya ia memperhatikan Taeyeon di balik meja kasir. Jungsoo menatap tangannya. Tadi ia menyentuh tangan Taeyeon, dan ia menggenggamnya dengan begitu kuat? Apa yang telah terjadi dengannya? Ia baru saja bertemu dengan Taeyeon dalam hitungan jam saja, tetapi mengapa gadis itu suda bisa membuatnya gila. Dengan ketika secara tidak sengaja, air panas mengenainya?
“ Ada yang aneh denganku!” ucap Jungsoo pelan seraya memijat keningnya yang sedikit pusing. Tiba-tiba segelas cappuccino float dan sepiring straberru cheesecake telah tersedia di mejanya. Jungsoo menengadahkan wajahnya.
“ Maaf, menunggu lama. Silahkan dinikmati.” kata Taeyeon sembari membungkukkan badannya dan kembali ke tempatnya semula—di balik kasir.
Apa yang aneh pada dirimu, Kim Taeyeon? Mengapa dalam hitungan jam kau bisa membuatku—tidak bisa berhenti memikirkanmu?
***
Triing!!
Bunyi lonceng bel yang digantung di atas pintu masuk kafe berdenting, menandakan kedatangan pengunjung baru. Taeyeon menutup buku catatannya, dan melirik siapa yang baru saja mengunjungi kafe. Senyumnya mengembang ketika melihat sosok yang berjalan menuju meja kasir.
“ Kyuhyun!” pekik Taeyeon girang. Kyuhyun tertawa terkekeh, dan duduk di bangku tinggi yang di taruh di dekat meja kasir. Taeyeon mencubit pipi Kyuhyuh dengan gemas.
“ Noona sakiit~” keluh Kyuhyun berpura-pura kesakitan.. Taeyeon tertawa. “ Noona aku pesan seperti biasa yah!” Taeyeon mengacungkan kedua jempolnya. Kyuhyun mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kafe. Kyuhyun mengucek matanya ketika ia melihat sosok yang sangat ia kenali, sedang duduk menatapnya dengan tajam—dan tepat ke arahnya.
“ Kyunnie ya, ini pesananmu.” ujar Taeyeon menaruh Frappucino di depan Kyuhyun. Kyuhyun menarik-narik tangan Taeyeon sementara tatapannya bukan ke arahnya. “ Ada apa, Kyu?”
Kyuhyun mendekatkan wajahnya dan berbisik dengan pelan, “ Noona, sejak kapan Jungsoo hyung menjadi pelanggan disini?” bisiknya hati-hati. Taeyeon tertawa pelan.
“ Sejak tadi. Memang kenapa? Kau mengenalinya juga?”
Kyuhyun menarik napas kasar, “ Noona, dia itu terkenal di sekolah! Masa noona ngga tau? Sejak kapan ia menyukai tempat seperti ini? Biasanya ‘kan levelnya itu hotel bintang lima?” cecar Kyuhyun. Taeyeon menggelengkan kepalanya, dan menoyor kepala Kyuhyun dengan pelan.
“ Kau tidak boleh berkata seperti itu. “ desis Taeyeon. Ia memandang Jungsoo di bangkunya. “ Tapi… rasanya aku begitu dekatnya, Kyu.” Gumam Taeyeon. Kyuhyun meneguk minumannya.
“ Dekat? Tentu saja dekat! Noona—kita, maksudku satu sekolah dengannya!” kata Kyuhyun sembari tertawa. Taeyeon menatap Kyuhyun dengan tajam, dan meninju bahu Kyuhyun.
“ Bukan itu maksudku! Dalam artian lain, Kyu!”
“ ‘dalam artian lain’, apanya?” tanya Kyuhyun yang tampak kebingungan. Taeyeon menarik napas panjang. “ Noona, apa maksudnya?!” desak Kyuhyun.
“ Ah, sudahlah jangan diperpanjang.” kilah Taeyeon. Tidak bergairah.
___
Jungsoo menolehkan wajahnya ketika ia mendengar pekikan Taeyeon. Ia menghela napas kasar, ia tahu apa yang membuat gadis itu memiki senang. Kyuhyun—ya—lelaki yang tadi siang di sekolah datang mengunjungi kafe ini.
Dengan tidak bergairah, ia menusuk-nusuk kue pesanannya. Mengapa ia bisa cemburu melihat Taeyeon dengan Kyuhyun? Siapa dia? Apa haknya untuk bisa cemburu? Tetapi ia sangat tidak menyukai kedekatan Taeyeon dengan Kyuhyun. Ia sangat tidak menyukainya.
“ Tampaknya aku salah. Aku cemburu kepada gadis yang baru saja kukenal beberapa jam yang lalu di sekolah, sekaligus gadis yang sudah memiliki pacar!” desisnya. Ia menatap Kyuhyun dengan tajam—bersamaan ketika lelaki itu sedang menatap ke arah mejanya.